Metode menanam jagung di Indonesia masih banyak dilakukan secara konvensional, yaitu biji jagung ditanam secara manual menggunakan alat tugal. Metode menanam biji jagung seperti ini memiliki banyak kelemahan, misalnya membutuhkan banyak tenaga kerja, waktu yang lama, dan jarak tanaman tidak teratur, sehingga kurang optimal.
Pemakaian alat tugal sangat tidak efisien dari segi biaya, tenaga, waktu¸ dan sangat melelahkan karena harus bekerja dalam posisi jongkok untuk memasukkan biji jagung ke dalam tanah dan menutupi lubang dengan tanah kembali. Jika pekerjaan ini dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama, maka sangat mengganggu kesehatan pekerja karena tulang punggung akan terasa pegal dan sakit.
Foto Simulasi dan demontrasi penggunaan alat kepada mitra
Hal inilah yang mendasari tim pengabdi dosen Teknik Pertanian FATEPA Universitas Mataram yang diketuai oleh Dr. Ansar, S.Pd., M.P., M.Pd. sebagai solusi atas beberapa permasalahan tersebut. Alat tanam sistem dorong yang telah didesain ini dapat bekerja dengan 4 fungsi sekaligus, yaitu membuat lubang tanah, menabur biji, menutup lubang yang telah diberi biji, dan mengatur jarak dan lebar tanaman. Dilengkapi dengan roda kecil untuk memudahkan jalan di atas pematang pada saat didorong. Tidak menggunakan energi listrik, melainkan hanya tenaga manusia.
Hasil penerapan di lapangan menunjukkan bahwa alat tanam ini dapat mempercepat proses penanaman biji jagung. Alat ini cocok digunakan pada area pegunungan, kebun, dan persawahan. Jarak tanam dan jumlah biji dapat diatur, dan kedalaman lubang tanam juga dapat disesuaikan. Keunggulan lainnya adalah alat tanam ini sangat praktis, ergonomis, mudah dioperasikan, ramah lingkungan, harga terjangkau, dan dapat digunakan pada berbagai jenis tekstur tanah.