Oleh : Rucitra Widyasari, Hary Kurniawan, Agriananta Fahmi Hidayat
Kerupuk kulit merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan bakunya berasal dari kulit hewan. Umumnya kulit hewan yang digunakan berasal dari kulit sapi. Kerupuk kulit memiliki tekstur yang garing, renyah, lezat dan memiliki cita rasa yang khas dengan bentuk yang biasanya panjang dan kotak-kotak kecil dengan rongga-rongga. Kerupuk kulit cukup banyak digemari dan menjadi favorit masyarakat sebagai makanan pendamping. Karena cukup banyak digemari dan permintaan yang begitu tinggi, maka kerupuk kulit banyak dilirik sebagai potensi usaha yang cukup menjanjikan dan kesempatannya masih terbuka lebar.
Salah satu pelaku usaha kerupuk kulit yaitu Ibu Masturah yang berlokasi di Desa Lendang Bedurik, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur. Usaha yang dijalankan mitra mampu mengolah bahan baku kerupuk kulit rata-rata 30-50 kg per hari dengan harga jual Rp 5.000 – 10.000 per ons. Namun hingga saat ini masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi mitra terutama dari aspek produksi seperti masih minimnya pemahaman mengenai cara pengolahan pangan yang baik meliputi kebersihan dan higienitas tempat produksi maupun kegiatan selama proses produksi . Selain itu, kerupuk kulit yang diprodusi masih banyak mengandung minyak, sehingga kerupuk kulit menjadi tidak tahan lama dan mudah tengik. Solusi yang ditawarkan yaitu melalui penyuluhan mengenai Cara Pengolahan Pangan Yang Baik (CPPB) untuk menjamin keamanan produk serta diintroduksi teknologi tepat guna berupa mesin spinner yang membantu mengurangi minyak pada kerupuk kulit.
Berdasarkan uraian di atas maka melalui Program Kemitraan Masyarakat tahun 2019 tim dari Fatepa Unram melaksanakan kegiatan pengabdian kepada pelaku usaha kerupuk kulit. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu 11 September 2019 bertempat di kediaman Ibu Masturah dengan melibatkan beberapa peserta yang sekaligus karyawan mitra. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi penyuluhan dan pelatihan mengenai cara pengolahan pangan yang baik, pelatihan menggunakan mesin spinner, dan pelatihan teknologi pengemasan.
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, diperoleh bahwa pemahaman dan kesadaran mitra terhadap cara pengolahan pangan dan pengemasan produk yang baik meningkat. Ditandai dengan setelah penyuluhan karyawan pengemasan sudah mengenakan sarung tangan dan masker, sedangkan karyawan penggorengan sudah menggunakan alat proteksi diri celemek dan penutup kepala.
Selain itu, kemampuan karyawan dalam mengoperasikan mesin spinner juga meningkat. Peserta mampu megoperasikan mesin spinner dengan baik dan memahami cara perawatan alat.