Penyalahgunaan boraks dan formalin terutama pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berpotensi memunculkan keracunan pangan. Hasil pemantauan yang dilakukan BPOM RI mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia yang terjadi selama tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus keracunan pangan di sekolah merupakan kasus tertinggi kedua setelah keracunan pangan di tempat tinggal yaitu sebesar 21.4%. Fakta ini menunjukkan masih perlunya dilakukan upaya pencegahan untuk memperkecil resiko terjadinya KLB keracunan pangan yang membahayakan masyakat di lingkungan sekolah khususnya para siswa.
Pembinaan terhadap produsen sebagai pelaku utama merupakan langkah yang dinilai sangat perlu untuk dilakukan, akan tetapi faktor ekonomi mengakibatkan rendahnya tingkat perubahan perilaku setelah pembinaan dilakukan. Oleh karena itu, edukasi terhadap konsumen yaitu siswa-siswi di lingkungan sekolah dapat menjadi metode alternatif untuk mencegah timbulnya potensi bahaya keracunan pangan. Peningkatan pengetahuan para siswa sebagai konsumen terkait jenis-jenis BTM yang berbahaya, resiko penggunaan BTM berbahaya terhadap kesehatan serta ciri-ciri makanan yang mengandung BTM berbahaya diharapkan akan menjadikan mereka lebih selektif dalam memilih jajanan yang akan dikonsumsi di sekolah.
Kegiatan penyuluhan ini difokuskan pada kegiatan edukasi konsumen terkait keamanan pangan bebas boraks dan formalin. Peserta penyuluhan dikhususkan bagi para siswa khususnya siswa kelas VI yang dianggap sudah dapat menyerap informasi yang diberikan selama kegiatan penyuluhan dengan baik. Metode sosialisasi yang digunakan pada kegiatan ini fokus kepada kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi konsumen.
Kegiatan sosialisasi pangan aman bebas boraks dan formalin kepada siswa SD Negeri 03 Mataram mendapatakan respon positif dari pihak sekolah baik guru dan juga siswa. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pentingnya pangan yang aman terutama bebas boraks dan formalin. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa ditunjukkan dengan 94.12% siswa telah mengetahui jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin pada makanan.
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kali ini perlu dilakukan pengujian terhadap kandungan boraks dan formalin pada seluruh jajanan yang berada di sekitar lokasi pengabdian sebagai data penunjang.